Sabtu, 18 Februari 2012

Want You


Saya tidak ingin kehilanganmu. tidak ingin berpisah darimu.
Sudah cukup saya merasakan kehilangan. saya sudah tidak ingin merasa kehilangan lagi.
Tidak ingin kehilangan dirimu.

Kau tahu saya sangat membutuhkanmu. saya selalu menginginkanmu untuk selalu ada di sampingku.
Saya tidak ingin melepaskanmu dari genggamanku.
saya masih ingin kaku berada dalam genggaman ini.
berada di sampingku. selalu ada di saat ku sangat membutuhkanmu.

Tidak cukupkah saya kehilangan orang-orang yang saya sayangi selama ini?
hingga kau juga akan pergi meninggalkanku seorang diri di sini.
Kau segalanya bagiku. Kau alasanku untuk terus bertahan.
Tidak ingin kehilangan dirimu.

Sebuah Kedewasaan

Kata orang, menjadi dewasa berarti harus membuat pilihan. Hidup menjadi serentetan tanggung jawab yang harus diemban, baik suka maupun tidak, mau ataupun enggan. Terkadang, orang dewasa seperti sesosok badan tak berjiwa. Semakin dewasa seseorang, semakin pudar jiwanya, menjadi robot yang berkutat dengan rutinitas.
Bukankah lucu, anak-anak kerap kali berdoa supaya cepat besar, remaja tak sabaran karena tak kunjung dewasa, yang tua berharap dapat kembali menjadi anak-anak, dan perputaran itu tidak pernah berakhir? ~ Unforgettable by Winna Efendi


Orang dewasa kadng-kadang berubah menjadi kekanak-kanakan tergantung kondisi dan cara mereka memakai akal mereka. Orang dewasa akan menjadi cengeng kalau masalah dan beban mereka terlalu berat, makanya orang dewasa pun memerlukan orang untuk curhat. Karena manusia adalah makhluk sosial yang saling membutuhkan. ~ By Dia

Mungkinkah (Stinky)


Tetes air mata basahi pipimu
Di saat kita 'kan berpisah
Terucapkan janji padamu kasihku
Takkan kulupakan dirimu


Begitu beratnya kaulepas diriku
Sebut namaku jika kaurindukan aku
Aku akan datang...


Mungkinkah kita 'kan s'lalu bersama
Walau terbentang jarak antara kita
Biarkan kupeluk erat bayangmu
'Tuk melepaskan semua kerinduanku, oh...


Lambaian tanganmu iringi langkahku
Terbesit tanya di hatiku
Akankah dirimu 'kan tetap milikku
Saat kembali di pelukanku


Begitu beratnya kaulepas diriku
Sebut namaku jika kaurindukan aku
Aku akan datang...


Mungkinkah kita 'kan s'lalu bersama
Walau terbentang jarak antara kita
Biarkan kupeluk erat bayangmu
'Tuk melepaskan semua kerinduanku


Kau kusayang, s'lalu kujaga
Takkan kulepas s'lamanya
Hilangkanlah keraguanmu
Pada diriku, di saat 'ku jauh darimu

Selasa, 14 Februari 2012

Tidak ada judul


Angin semilir berhembus. Menerpa wajahku. Sinar mentari berwarna jingga kekuningan. Mentari kembali ke peraduannya. Menghilang di batas cakrawala yang tersisa hanya-lah sinar-sinar-nya yang terpantul di atas permukaan laut. Aku terduduk di bibir pantai menikmati mentari kembali ke peraduannya. Hembusan angin sepoi-sepoi menerpa wajahku. Menerbangkan rambutku, membuat rambutku menjadi acak-acakan. Namun, aku tidak peduli. Sekarang ini aku sedang menikmati indahnya pemandangan yang tersaji di hadapanku. Mentari pun telah hilang di batas cakrawala. Terganti oleh sinar-sinar kecil bintang-bintang yang mulai bermunculan di langit malam.

Rembulan pun turut menghiasi langit malam. Memamerkan sinarnya, seolah-olah tidak ingin kalah dari sinar bintang-bintang. Tugas mentari pagi pun tergantikan oleh rambulan dan bintang-bintang. Sinar mereka tidak kalah terang dan indah dari sinar mentari. Angin semakin kencang berhembus menusuk kulitku. Namun aku hanya terdiam di tempatku berada. Yang aku lakukan hanyalah memeluk tubuhku sendiri. Sebisa mungkin membuat tubuhku menjadi hangat. Sedari tadi aku berada di sini namun enggan rasanya aku berdiri hanya sekedar untuk mengambil jaket agar angin dingin tidak terlalu menusuk kulitku. Angin yang berhembus semakin dingin menusuk kulit dan tulangku. Aku tetap terdiam. Hanya sebisa mungkin memeluk tubuhku agar bisa menjadi lebih hangat. Sekarang pikiranku tidak sedang bersama tubuhku.

Pikiranku melayang ke masa itu. Masa di mana aku bersama dengannya.

Aku terdiam, terpaku beberapa saat. Pandanganku terarah ke hadapanku. Melihat indahnya lautan yang terhampar di hadapanku. Hanya untuk beberapa saat. Lalu aku arahkan pandanganku ke atas mencoba melihat indahnya langit malam. Melihat sinar rembulan dan bintang-bintang yang berlomba-lomba untuk menyinari bumi ini. “sangat indah seperti biasa” pikirku.

Kembali. Aku teringat akan kenangan-kenangan dirinya. Tak terasa pandanganku mulai memburam. Pandangan di hadapanku hanya terlihat samar-samar. Mataku sudah tidak bisa lagi menahan air mata ini. Air mata yang sedari tadi aku tahan agar tidak terjatuh membasahi pipi ini. Ternyata usahaku sia-sia. Aku merasakannya, mata ini serasa berat. Dari sudut mataku jatuh sebutir kristal bening. Jatuh lurus melewati pipiku. Sudah tidak bisa lagi aku menahannya, air mata ini pun jatuh dengan berlomba-lomba untuk membasahi pipiku. Aku pun membenamkan wajahku di antara kedua kakiku.
Terisak. Tangisan ini membuatku seperti susah untuk bernafas. Pikiranku terus mengingat akan dirinya yang membuatku semakin terisak, membuat tangisan ini semakin lama untuk berhenti, seolah tahu air mata ini pun tidak mau kalah. Air mataku semakin deras membasahi pipiku. Semakin berjatuhan untuk membasahi pipiku membuat tangisanku semakin tidak bisa berhenti membuatku semakin tidak bisa bernafas dengan benar. Pikiranku melayang di kenangan-kenangan saat aku bersama dengannya. Seolah-olah tidak ingin keluar dari kenangan-kenangan tersebut. Kenangan-kenangan itu seperti sedang menertawaiku. Menertawai kebodohanku selama ini. Kenangan-kenangan itu seperti sedang mengejekku, mereka terlihat sangat senang saat melihat aku menangis karena mereka.

Angin semakin kencang berhembus. Semakin dingin, semakin menusuk kulit dan tulang ini. Aku mencoba kembali untuk menghangatkan badanku. Namun usahaku sia-sia, angin terlalu dingin. Sebisa mungkin aku berusaha mendongakkan kepalaku untuk melihat keadaan langit. Betapa terkejutnya aku saat melihat langit, kini mereka sudah tidak di hiasi lagi oleh sinar-sinar dari rembulan maupun bintang. Yang ada kini langit di hiasi oleh awan. Awan kelam yang sangat tebal. Menghalangi sinar-sinar dari bintang dan rembulan.

Apakah langit juga ingin mengejekku, menertawaiku? Atau langit juga turut bersedih akan diriku ini? Tapi apapun jawabannya, aku tidak peduli. Karena yang aku inginkan saat ini hanyalah berada di sini.

Sebisa mungkin aku redakan air mata ini, aku enyahkan semua kenangan-kenangan akan dirinya yang terus muncul dalam ingatan ini. Air mataku bisa berhenti mengalir namun isakan ini? Aku masih terus terisak.

Sepertinya kenangan-kenangan ini sudah puas menertawaiku. Buktinya sekarang ini mereka mau kembali masuk ke dalam kotak. Mungkin mereka mengkasihani aku yang terus-terusan menangis karena mereka. Mungkin hanya untuk saat ini saja mereka berbaik hati padaku. Mungkin di lain waktu mereka akan tetap menertawaiku sepuasnya. Pikiranku telah kembali ke tubuh ini. Membuatku bisa kembali berpikir dengan jernih. Membuatku bisa kembali memakai akal sehatku bukan emosiku. Untuk yang terakhir kalinya aku memandang hamparan lautan di hadapanku. Kembali melihat betapa indahnya mereka. Sayang tidak ada yang menyinari mereka seperti tadi. Aku mendongak ke atas, melihat langit malam masih terhiasi oleh awan-awan kelam. Menghalangi sinar rembulan dan bintang.

Aku pun berdiri dari tempatku. Sebisa mungkin membuat kaki ini mau menuruti kemauanku. Sebisa mungkin aku melangkah meninggalkan tempat ini. Air mataku pun turut berhenti. Yang meninggalkan bekas tetes-tetes butiran kristal yang sedari tadi telah mengering. Sekuat mungkin, sebisa mungkin. Aku berjalan meninggalkan pantai ini.

Air mata ini boleh berhenti untuk saat ini tapi pasti suatu saat akan kembali mengalir kembali dengan derasnya. Kenangan-kenangan ini pun boleh kembali ke kotaknya tapi suatu saat nanti pasti mereka akan kembali keluar. Akan kembali memintaku untuk aku kenang hingga membuatku kembali menangis karenanya.

Segalanya boleh berhenti untuk saat ini. Tapi ada satu yang tidak akan berhenti untuk selamanya. Yaitu mencintaimu. Apa pun yang terjadi aku akan tetap dan terus mencintaimu selamanya. Mencintaimu seumur hidupku. Menuggumu kembali kepadaku. Sampai kapan pun aku akan terus menunggumu sampai kamu datang.